TOPIKINI – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi untuk pertama kalinya memimpin Sidang Terbuka Dewan Keamanan (DK) PBB di Markas DK PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019) waktu setempat. Indonesia bertindak selaku Presiden DK PBB untuk Mei 2019.
Pertemuan Debat Terbuka (Open Debate) bertemakan “Menabur Benih Perdamaian” yang dilaksanakan kali ini ditujukan untuk terus mendorong peningkatan kapasitas Pasukan Penjaga Perdamaian dalam berbagai misi di belahan dunia. Pertemuan ini merupakan salah satu agenda prioritas Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2019-2020.
Dalam sidang kemarin, Menlu Retno membahas mengenai peningkatan kemampuan pasukan perdamaian PBB. Pasukan yang dikenal dengan Blue Helmets ini terdiri dari berbagai negara anggota PBB, menurutnya merupakan model kerja sama global, sebagai bentuk kepedulian terhadap perdamaian dunia.
Namun dalam perkembangannya saat ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh Blue Helmets, seperti halnya serangan terhadap pasukan perdamaian PBB di Mali Januari lalu.
Oleh karenanya, menurut Retno anggota penjaga perdamaian tidak hanya memiliki dasar tempur yang kuat, tetapi juga harus memiliki soft skill untuk bisa meraih kepercayaan melalui kemampuan komunikasi yang baik. Ia pun mengusulkan agar bisa dilakukan penambahan jumlah prajurit wanita, karena wanita dinilainya memiliki kemampuan untuk bisa meraih kepercayaan, serta memberikan kenyamanan bagi yang mengalami trauma.
Retno juga menyatakan bahwa Indonesia Peacekeepong Center bisa dijadikan sebagai pusat pelatihan bagi prajurit anggota penjaga perdamaian skala internasional.
“Marilah kita semua berada di belakang Blue Helmets, dan menyediakan mereka dengan segala kebutuhan yang mereka minta,” ujar Menlu Retno dalam pidatonya.
Sidang kali ini berlangsung unik, ruang sidang Dewan Keamanan PBB dimeriahkan dengan berbagai ragam motif batik maupun tenun yang dikenakan para Delegasi peserta pertemuan dari berbagai negara. Tidak terkecuali dalam hal ini adalah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres yang menggunakan motif tenun troso berwarna cerah.
Dipilihnya batik sebagai dress code sidang DK PBB merupakan bentuk penghormatan para anggota DK PBB bagi Indonesia yang memegang Presidensi Dewan Keamanan PBB untuk bulan Mei 2019.
“Sangat menyenangkan bahwa dalam sidang hari ini cantik dan colorful, karena sebagian besar anggota DK PBB mengenakan batik, termasuk Sekjen PBB mengenakan tenun dari Bali,” tutur Menlu Retno usai memimpin sidang.
Sumber: Kementerian Luar Negeri RI