TOPIKINI.COM – Pinyaram adalah cemilan khas di Kayu Tanam kabupaten Padang Pariaman. Disepanjang jalan Padang – Bukittinggi di kawasan itu, berjejer warung-warung dan pondok penjual makanan yang terbuat dari tepung beras ini. Satu butir harganya hanya Rp 500,-. Namun meski dinilai murah sekali, kini pinyaram tak dibeli orang.
Sejak jembatan di sungai Kalu di Kayu Tanam putus, jalan yang menghubungkan Padang –Bukittinggi hingga Pekanbaru ini menjadi sepi. Akibatnya, pembuat dan penjual pinyaram menjerit.
Biasanya, pengunjung dari berbagai daerah selalu singgah di tempat ini untuk menikmati kue enak dikudap selama perjalanan ini. Namun sejak seminggu terakhir, jalan ini sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang lewat atau yang singgah membeli pinyaram.
“Saya biasanya setiap lewat sini selalu beli pinyaram, hari ini saya liat banyak yang tutup, mungkin karena jembatan yang putus itu,” kata Dina, salah seorang pengunjung dari Payakumbuh yang singgah membeli pinyaram.
Menurut pembuat sekaligus penjual pinyaram, dalam satu hari seperti sabtu dan minggu, omset perharinya rata-rata mencapai Rp 1.500.000,-. Namun sejak putusnya jalur Padang – Bukittinggi, kini tak sampai Rp 250 ribu saja.
Manisnya cemilan yang ada tiga variasi yaitu ketan hitam, beras putih dan daun pandan ini, kini tak bisa membuat penjualnya tersenyum manis. Sebab setiap hari mereka harus menanggung kerugian yang tak sedikit, karena pinyaramnya tak terjual habis.
“Kalau hari-hari biasa habis 2000 butir, kalau sabtu dan minggu habis 3000 butir biasanya, tapi kini, walupun hari libur, 500 butir saja ndak habis. Semoga jembatan itu cepat selesai dan jalan ini kembali ramai, karena yang membeli pinyaram ini biasanya orang-orang yang lewat berkendara dari luar daerah,” kata Isnadeni Marsela, penjual & pembuat pinyaram Habil.
Karena tak kuat merugi, sebagian penjual pinyaram terpaksa menutup warung mereka hingga jalan Padang – Bukittinggi kembali normal.(art)