TOPIKINI, PADANG – Saat ini, angka stunting di kota Padang yaitu 24 persen. Artinya, dari 100 anak, 24 orang diantaranya mengalami stunting, atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang dialami anak sejak kandungan.
Tingginya angka stunting di kota ini, diungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) kota Padang, Editiawarman, saat sosialisasi pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana, di kelurahan Lubuk Minturun kecamatan Koto Tangah kota Padang, pada Selasa siang (19/10/2021).
Menurut Editiawarman, kondisi ini memerlukan kerjasama masyarakat serta penyuluh Keluarga Berencana di daerah, untuk memberikan edukasi kepada pasangan usia subur, yang akan memiliki keturunan. Agar kelak ia tidak melahirkan anak dengan kondisi stunting.
Pasalnya, anak-anak yang mengalami stunting, tidak hanya gagal pertumbuhan secara fisiknya, namun juga gagal pertumbuhan otaknya. Akibatnya, anak yang menderita stunting, tidak akan bisa bersaing dengan anak normal. Sehingga masa depannya dikhawatirkan akan menjadi suram.
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang stunting, menjadi penyebab utama tingginya angka stunting di daerah ini.
“Kalau masyarakat sini memang sulit pak, sebab berdasarkan SDM juga lah, tingkat pendidikan masyarakat rendah tentang stunting, jadi masyarakat belum memahami apa itu stunting,” ucap Destina Elita, salah seorang penyuluh dan kader KB di Lubuk Minturun.
Pemerintah kota Padang, tengah berupaya menggerakkan semua sektor serta menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, agar angka stunting turun di kota Bengkuang ini.
“Salah satu caranya sekarang ada relawan-relawan di kampung KB, memberikan penjelasan baik kepada pasangan usia subur, ibu-ibu hamil, yang mempunyai anak batita, balita, disosialisasikan agar anak-anak kita terbebas dari stunting. Kalau tadi katakanlah datanya benar di kota Padang 24%, berarti dari 100 orang anak yang lahir, 24 terindikasi stunting, makanya ini perlu kerjasama kita,” kata Editiawarman, kadis DP3AP2KB kota Padang.
Menurut dokter, anak stunting berkembanganya terlambat, mulai dari pertumbuhan gigi, mulai berjalan, mulai bicara serta pertumbuhan rambut. Anak stunting juga rentan terhadap penyakit.
“Ciri utama anak stunting perkembangannya terlambat, sesuai dengan umur umpamanya dua tahun anaknya masih ekcil, geraknya, omongnya terlambat,” kata Dokter Suir Syam, M.Kes, MMR, dokter yang juga anggota Komisi IX DPR RI.
Namun Suir Syam juga menjelaskan, anak yang sudah lahir dengan kondisi stunting, masih bisa ditangani supaya bisa kembali normal.
“Jadi kalau anak sudah stunting masih bisa kita atasi dengan pemberian gizi yang baik, kalau dia ada penyakit kita bawa ke dokter, supaya penyakitnya itu disembuhkan, kemudian kita berikan makanan-makanan bergizi,” lanjut Suir Syam.
Angka stunting di Sumatera Barat saat ini yaitu 27,7 persen, diatas angka nasional 27,4 persen. Presiden memerintahkan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen, pada tahun 2024.
BKKBN sebagai leading sector yang ditunjuk presiden sebagai ketua penurunan stunting di Indonesia. Menurut Dr. Hariyadi Wibowo, Kepala Biro Hukum, Organisasi dan Tata Laksana BKKBN RI, berbagai upaya sudah dilakukan BKKBN untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
“Selama ini kita sudah melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat seperti ini, melalui kantor perwakilan di 32 provinsi, dan juga kita melakukan webinar-webinar, kita melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi, kita melakukan kerjasama dengan profesi kesehatan, dengan harapan semua melek terhadap apa yang diketahui tentang stunting, kita menyamakan persepsi, visi dan misi bangsa, supaya penuntasannya secara cepat, dari 24% saat ini menjadi 14%,” kata Hariyad Wibowo.
Sosialisasi ini terus akan dilakukan hingga akhir tahun oleh BKKBN bersama anggota Komisi IX DPR RI yang menjadi mitra kerjanya, dengan harapan target 14% angka stunting bisa tercapai.(art)