TOPIKINI, PESSEL – Pelajar di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, harus menyeberangi sungai untuk pergi sekolah ataupun mengaji.
Jembatan yang menghubungkan kampung mereka dengan daerah luar, putus akibat banjir bandang September tahun lalu.
Saat musim hujan, otomatis para pelajar tak bisa ke sekolah karena debit air tinggi.
Masyarakat kampung Salak Jalamu, nagari IV Koto Hilie, kecamatan Batang Kapas, kabupaten Pesisir Selatan, sangat merindukan perbaikan jembatan mereka.
Jembatan gantung sepanjang 30 meter penghubung kampong mereka, merupakan urat nadi perekonomian dan akses masyarakat keluar masuk kampung itu.
Puluhan masyarakat dan juga para pelajar, kesulitan untuk berkatifitas sehari-hari. Satu satunya cara yaitu menyeberangi sungai, untuk pergi bekerja atau ke sekolah.
Tak jarang pakain mereka harus basah, saat menyebarangi sungai batang Jalamu yang tak dangkal itu. Bahkan apabila air sungai besar, para pelajar ini tidak bisa ke sekolah, karna arus sungai yang deras bisa mengancam nyawa mereka.
“Jembatannya rusak, jadi kami harus menyeberangi sungai untuk keseberang. Kalau airnya besar, kami tak bias ke sekolah,” kata Putri, pelajar warga kampung Salak Jalamu.
Terputusnya jembatan sudah hampir satu tahun, sejak terjadinya banjir bandang bulan September tahun 2020 lalu. Warga sudah pernah mengajukan permohonan kepada pemda setempat, untuk memperbaiki jembatan, namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
“Warga sangat berharap sekali jembatan ini segera diperbaiki. Soalnya ini jalan utama, walau ada jalan alternative tapi harus memutar sejauh satu setengah kilo, dan jalannya pun kecil,” ucap Idafril, warga kampung Salak Jalamu.
Saat ini warga hanya bisa berharap agar jembatan mereka bisa diperbaiki secepatnya. Jika tidak, pendidikan anak-anak mereka menjadi terganggu.(fauzan)