TOPIKINI – Selama ini orang mengira sayuran kol atau kubis, yang dalam bahasa latinnya disebut brassica oleracea, hanya bisa tumbuh di daerah ketinggian, sekitar 1000 – 2000 meter dari permukaan laut. Namun ternyata, kubis juga bisa tumbuh di dataran rendah.
Firmanda, seorang petani di daerah Pungguang Kasiak, Lubuk Alung, sekitar 10 kilometer dari kota Pariaman, berhasil menanam sayuran tersebut di ladangnya. Tak hanya itu, ia juga berhasil menanam bawang merah.
Lihat saja hamparan ladang sayuran kol dan bawang merah milik Firmanda. Bukan terletak di daerah ketinggian, namun dataran rendah sekitar delapan meter dari permukaan laut. Pegawai BUMN yang mempunyai hobi bertani ini, mencoba menanam sayur kol atau kubis diladangnya.
Meski tanahnya gambut, namun dengan perlakukan khusus dan biaya murah, tanah di ladangnya bisa disulap dan ditanami sayuran kol. Tak hanya itu, sang petani berdasi ini juga berhasil menanam bawang merah, dengan pola tumpang sari dengan tanaman kol.
“Perlakuan khusus itu adalah, kita tidak maksimal menggunakan pupuk buatan, tapi kita juga memanfaatkan kearifan local yang tersedia di kawasan ini dengan membuat pupuk organic,” ucap Suresman Riad, pakar pertanian.
Sayuran yang ditanam di dataran rendah ini, menggunakan pupuk organik. Namun pada tahap awal, tanahnya dicampur dengan kapur dolomit, agar PH tanah berada pada posisi netral.
Maklum, tanah di Pungguang Kasiak ini merupakan lahan gambut. Dengan perlakuan khusus dan menjaga kelembaban tanahnya, sayuran kol dan bawang merah, bisa tumbuh dengan subur.
“Yang kita tanam ini adalah tanaman yang biasa hidup di dataran tinggi, kemudian kita coba disini, ternyata tidak kalah hasilnya dengan yang di dataran tinggi, berarti ini adalah prospek yang bisa dicontoh oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya,” tambahnya lagi.
Hebatnya, hasil ladang ini tak dijadikan sumber pendapatan bagi petani yang menanamnya, tapi diperuntukkan sebagai contoh bagi petani lain, agar mereka mau beralih dari petani padi menjadi petani palawija.
“Ini sebagai percobaan agar bisa dicontoh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Firmanda, petani.
Dari sepertiga hektar lahan miliknya yang ditanami, bapak satu anak ini telah berhasil memanen sayuran kol, sebanyak dua kali dengan hasil 800 kilogram untuk setiap kali panen. Sedangkan bawang merah, dari 100 kilogram bibit yang ditanam, bisa menghasilkan 1,6 ton setiap kali panen.
Jika dirupiahkan, maka hasil menanam palawija seperti kol dan bawang merah, jauh lebih tinggi dibandingkan dari hasil menanam padi. Tak hanya itu, kol dan bawang merah bisa dipanen dalam tempo 50 hari. Sedangkan padi baru bisa dipanen setelah 100 hari.(Aldi)